Diceritakan ada salah satu kerajaan besar, gêmah ripah karta raharja, murah sandhang murah pangan, tata têntrêm tulus apapun yang ditanam, sampai-sampai jadi tempat tujuan pengungsian orang-orang dari mancanegara. Akan tetapi ada sedikit cacatnya, rajanya yang sedang bertahta di Negara itu, termasuk patih, nayaka, bupati, mentri serta para priyayinya, nalarnya sempit seperti kanak-kanak. Jelasnya, sang raja beserta seluruh para abdinya berwatak sok pintar, ngawur, urakan, manja, antipati dianggap bodoh, kesukaannya selalu dipuji pandai. Terlebih lagi sang raja sendiri, sangat bersuka hati kalau mendengar kata pujian akan beliau.
Senin, 20 Februari 2012
Sabtu, 11 Februari 2012
HIDUP MANUSIA HARUS TOLONG-MENOLONG
Pada suatu hari di waktu sore, kebetulan malam Minggu, Raden Ngabei Harjasuwarna tiduran di kursi panjang sambil membaca Koran. Istrinya sedang merenda di kursi menghadap meja, yang diatasnya ada lampu yang terang benderang. Anaknya yang semata wayang, Raden Bagus Harsaya, yang masih berusia sebelas tahun, belajar di sebelah ibunya, tiba-tiba saja berbicara, “Bu, bu, kenapa, bu, orang-orang kok ada yang jadi kuli, kok tidak memilih jadi priyayi seperti bapak itu, jadi enak, tidak susah?! Aku besok tidak mau jadi kuli, milih jadi priyayi.”
Langganan:
Komentar (Atom)